Jumat, 20 Februari 2015

Resume "Rectoverso" (Malaikat Juga Tahu-DEE)

Cover film Rectoverso (Malaikat Juga Tahu)

Ia senang mengoleksi sabun batang dengan jenis yang sama, setiap harinya ia hitung sabun itu satu per satu yang berjumlah 100, ia susun seperti piramida tidak sempurna.

Raganya yang memang jelas-jelas berusia 38 tahun namun didalam jiwanya mengalir jiwa anak usia 4 tahun. Laki-laki itu dilahirkan menderita Autism.

Ia gemar mencuci baju berwarna putih setiap Seninnya. Wanita yang disebut Bunda adalah pemilik Indekos yang legendaris, ia Mama laki-laki itu. Setiap Senin laki-laki yang dipanggil Abang itu mengetuk setiap kamar kos-kosan untuk mengambil baju warna putih. Rabu mencuci baju gelap dan Jumat mencuci baju berwarna terang.

Abang suka bermain Biola, menghitung bintang, membongkar pasang radio dan sibuk dengan dunianya tanpa orang pedulikan, hanya perempuan normal bernama Leia yang memperdulikan keadaannya.Setiap malam minggu ia pasti bersama Leia dihalaman rumah yang penuh rumput dengan menghitung bintang sembari Leia mencurahkan semua ceritanya kepada laki-laki itu. Persahabatan yang luar biasa dan susah dijelaskan.

Suatu hari Abang mengetahui sabun yang berjumlah 100 hilang satu karena disembunyikan salah satu penghuni kos. Abang marah dan berlari menyusuri jalan raya penuh kendaraan yang lalu lalang. Ia berlari tanpa memperdulikan keselamatannya. Kemudian ia menemui sebuah toko yang menjual sabun mirip seperti sabun yang ia koleksi. Ia mengambilnya tapi si pemilik toko melarangnya karena tidak dibayar. Tidak menduga Leia berada ditoko itu dan membayar sabun yang di beli Abang.

Sesampainya dirumah ketika Abang ingin memasang kembali sabun yang sudah dibeli, ternyata sabun yang hilang sudah kembali dan diletakkan ditempat semula oleh penghuni kos yang jahil tadi.Si Abang pun mengetuk pintu kamar Leia dengan lima jarinya untuk mengembalikan sabun yang dibelikan Liea.
 “Sudah, sabunnya Abang simpan saja, jika suatu saat sabunnya hilang Abang tidak usah bingung mencarinya ya”  Ujar Liea.Abang pun mengangguk penuh arti.

Abang suka menuliskan di selembar kertas bergaris untuk Bunda yang bertuliskan “MAMA SAMA MINTA ODOL SAMA MINTA SABUN TERIMA KASIH”
 Tidak disangka semakin seringnya persahabatan ini, Abang dalam diam jatuh cinta kepada Liea. Ia menuliskan surat cinta walaupun kata-katanya bercampur dengan menu makanan. Tapi Bunda yang mengetahui itu, surat itu maksudnya surat cinta.

Hans, adik Abang yang sejak lama tinggal di luar negeri untuk sekolah akhirnya tiba di tanah air. Ia mengetahui persahabatan Liea dan Abang. Dalam diam pun Hans menaruh hati kepada Liea.

Suatu malam ketika Hans dan Liea pulang dari pergi jalan-jalan, Bunda memergoki Hans mencium Liea. Tidak lama ketika Liea masuk ke kamar, Bunda mengetuk pintu kamar dan mengajak ngobrol Liea.
“Bagi kamu, ini pasti terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjawab Abang.”
Liea terpaku, memahami maksud Bunda. Bunda berkata, Abang mencintai Liea tidak hanya sekedar raganya, tapi dengan jiwa dan seluruh hidupnya.
Bunda melanjutkan dengan suara tertahan,“Dia mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.”
“Tapi… Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.”

Hans mendengar percakapan Bunda dan Liea, ia ingin bicara terus terang kepada Abang namun bunda melarang karena kini dan besok tidak akan bisa  mengubah Abang.  Keputusan mereka akhirnya Hans dan Liea pergi meninggalkan rumah itu tanpa rutinitas senin baju putih, melihatnya menghitung sabun dll.

Abang mengetuk pintu kamar Liea untuk mengambil baju warna putih, tapi pintu itu tidak terkunci Abang masuk dan mengetahui Liea tidak ada ditempat itu.Abang menjadi benci malam minggu, sakit jiwa yang ia rasakan membuat Bunda juga merasakan hal itu. Ia meronta-ronta, menangis, memberantaki barang-barang dan bertanya-tanya kemana perginya Liea.

Bunda tidak tahan melihat hal itu, menetes air mata Bunda dibalik jendela kaca sambil memegang dada yang seakan-akan sesak untuk bernapas. Sulit rasanya untuk membuat Abang tidur, Bunda terpaksa memberikan obat penenang untuk Abang. Ketika Bunda tidak tega memberikan obat itu, Abang memeluk Bunda penuh dengan air mata kemudian tertidur dipangkuannya.

Bunda merasa perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri.Tidak perlu ada kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya.


-Resume film “Rectoverso” Part ‘Malaikat Juga Tahu’ (DEE)-Rectoverso adalah Cinta yang tak terucap. Seseorang yang mencoba Refrain tentang perasaannya hal ini menyangkut cinta kesakitan jiwanya akan mengalir dalam hidupnya terlebih lagi orang tersebut akan sangat menyesal.(Ninda Pba)

Tidak ada komentar: