Selasa, 11 Agustus 2015

‘Dunia Neptunus SAKTI’

Part. 1

Sebuah kisah yang bertahun-tahun tertutup dibalik perjalanan pengelana yang mencari jati dirinya, disana ada sejarah-sejarah hidup tanpa seorang pun tahu. Kini ia kembali lagi menengok masa sejarah itu ketika ia bertemu seorang perempuan yang memiliki nama hampir mirip dengan seseorang yang pernah memberi romansa yang tak beda di waktu dulu. Seorang pemuda bernama Darma kini kembali hadir untuk mengejar semua impian-impian yang tertutup.

Sudah 19 tahun belakangan ini Darma seakan bisa melupakan kisah perih yang ia alami semasa remajanya, ia ingat pun tidak apa lagi menulisnya.  Entah mengapa dengan kemunculan si nama mirip itu ia mampu membongkar kembali arsip-arsip lama dalam memorinya yang pernah ia lupakan. Ia hanya ingat beberapa peristiwa ketika hidup disebuah desa di daerah Jawa Timur, disanalah sebenarnya kisah-kisah dimulai.

Sabtu di bulan Desember 1995. Ia hanya ingat hari Sabtu, Darma yang masih duduk dibangku SMA tentunya punya banyak teman sebayanya. Sepulang ia sekolah ia hanya dirumah. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini cerdas, tampan, dan bijaksana. Ia selalu ngaji rutin di masjid kampung. Rutinitas ini seperti menjadi menu wajib bagi anak-anak seusianya jika masuk waktu maghrib hingga isya.

Sepanjang sholat isya ia merasakan ada yang berdegub didadanya, Entah apa yang sedang ia pikirkan. Hatinya berteriak, namun ia tidak bisa mendengar teriakan kecil itu yang sebenarnya keras. Umur 15 tahun seakan memendam semangat abad pencerahan. Masa ketika ia dan para lelaki ingusan, mulai tertarik satu atau dua gadis manis dikampungnya.

Namanya Elvira, Elvira Aprilia, baru ia ketahui nama itu menandai lahirnya di bulan April, dia baru 13 tahun saat itu. Ia cukup menonjol di kampungnya, selain orang tua nya yang disebut ibu Darma anak priyayi, dia lumayan cantik, paling cantik dibanding seluruh gadis di kampungnya dalam periode umurnya. Sempat-sempatnya Darma mencatat dia adalah gadis tercantik nomor 2 di sekolahnya. Yang pertama ia tak ingin membicarakan di sini.

Selepas sholat Isya biasanya Darma langsung pulang, berhubung ia menemui malam minggu, biasanya ada acara lanjutan, entah main tenis meja, benteng-bentengan di lapangan, atau permainan anak-anak yang asyik agar tak pulang awal.

Darma melihat Elvira duduk-duduk di bangku pinggir lapangan. Saat itu, lapangan yang biasa digunakan anak-anak bermain menempel pada beranda masjid tepat di sebelah selatan. Suasana jingga dengan tatapan lucu dan malu-malu khas anak yang sedang ingin mengenal satu sama lain. Dengan tidak tahan akan deguban jantungnya, Darma memberanikan diri untuk menghampiri seorang wanita beralis tebal dan berambut panjang didepannya. Kemudian ia pun duduk disampingnya.
“Hay El,sedang apa?” Kata Darma sambil duduk disampingnya.
“Iya mas, sedang baca buku” Balas Elvira dengan nada yang malu-malu.

Hanya sedikit obrolan mereka berdua, sekadar sapa dan basa-basi. Waktu pun mulai terasa gelap sehingga mereka harus pulang kerumah masing-masing. Dengan langkah yang ragu dan malu-malu mereka berdua berbalik arah untuk pulang.(Bersambung)

Tidak ada komentar: